Pada tanggal 25 Februari 2006 yang lalu di Kantor Bekatiga Jogja, Indonesia telah diadakan diskusi informal membahas tentang Pemuda dan Koperasi Kredit. Diskusi ini diikuti oleh Pemuda-pemuda yang tergabung di 5 Koperasi Mahasiswa besar di Propinsi Jogja & Koperasi Soedirman dari Purwokerto, Propinsi Jawa tengah dan Pengurus Bekatiga Jogja, serta penasehat Inkopdit dan Ketua Lembaga Studi dan Pengembangan Perkoperasian Indoensia (LSP2I) Bapak Ir. Ibnoe Soedjono serta beberapa kru dari Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Koperasi (LePPeK). Diskusi informal yang di fasilitasi oleh Bekatiga Jogja ini cukup menarik dan berlangsung penuh semangat dari pagi hingga siang hari.
Pada sesi pertama diskusi diawali dengan penjelasan tentang organisasi Kopdit oleh Bapak Suradiyono selaku ketua Bekatiga Jogja. Pertama diawali dengan cerita tentang keberadaan Kopdit di Propinsi Jogja dan kondisinya hingga saat ini. Dia mengatakan bahwa Kopdit di Jogja itu awalnya dirintis pada tahun 1980 an oleh Non-Government Organization (NGO) Internasional yang bernama Plan Internasional, Organisasi Wanita Katolik dan beberapa organisasi lainya. Awalnya Kopdit ini adalah organisasi grassroot kecil dan tidak diakui oleh Pemerinta karena berbeda konsep dan dasar filosofinya. Kalau pemerintah ingin menjadikan koperasi hanya sebagai alat penyaluran, sementara Kopdit ingin eksis sebagai gerakan menolong diri sendiri dengan kekuatan mereka sendiri.
Menurut dia, kopdit di Jogja itu hingga saat ini berjumlah sebanyak 38 primer dengan keseluruhan anggota kurang lebih 22.000 orang dengan jumlah karyawan penuh sebanyak kurang lebih 350 orang. Primer Kopdit ini awalnya berjumlah 300 buah, tapi melalui amalgamasi beberapa tahap dari 300 ke 150 dan kemudian menajdi 38 saat ini, alasanya karena orientasinya adalah bagaimana Kopdit bisa meningkatkan jumlah anggota dan mengefisiensikan organisasi demi kemanfaatan bagi anggotanya, bukan sekadar menambah koperasi. Jumlah anggota Kopdit ini memang masih sedikit di bandingkan dengan total jumlah penduduk Jogja baru sekitar 0,04 persen yang menjadi anggotanya, tapi menurut Visi Bekatiga Jogja bahwa anggota Kopdit pada tahun 2010 akan ditargetkan menjadi 115.000 orang.
Bapak Suradiyono berharap bahwa pemuda jangan malu bekerja di Koperasi dan berharap bagaimana bisa mengerakan koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan. Beliau juga berharap bahwa dengan adanya konsolidasi pemuda terutama dari basis koperasi mahasiswa, dengan kopdit serta pakar koperasi akan dapat menghasilkan kerjasama yang baik di masa mendatang.
Bapak Ngatijo selaku kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Bekatiga mengatakan bahwa kunci keberhasilan Kopdit itu ada di Pendidikan. Kopdit didirikan dengan Pendidikan, berkembang karena Pendidikan dan berhasil karena Pendidikan. Pendidikan memagang peranan yang sangat penting. Berbeda dengan konsep pengembangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang banyak berkembang karena fasilitas dari Pemerintah dan bantuan Pemerintah, Kopdit berkembang karena kekuatanya sendiri, andaikan ada bantuan itu bersifat sebagai pelengkap dan bukan yang utama. Ada proyek atau tidak Kopdit tetap berjalan. Beliau menambahkan, ‘ koperasi adalah tempat belajar dan bermain, dan bermainlah yang sungguh-sungguh untuk hidup ini”.
Sementara itu menurut Bapak Ibnoe Soedjono, Ketua LSP2I dan juga penasehat Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) mengatkan bahwa Kopdit pelu mengadakan pengembangan pemikiran untuk menjawab tantangan jaman kedepan. Kopdit akan mengalami stagnasi apabila tidak tanggap terhadap situasi yang sudah berubah. Pertanyaan lama mungkin harus dijawab dengan jawaban-jawaban baru. Seperti halnya jatidiri Koperasi (Internasional Co-operative Identity Statement) yang selalu melakukan review terhadap masalah yang berkembang setiap tiga dasa warsa sekali.
Dia juga mengingatkan kepada pemuda, bahwa jangan seperti daun kelapa yang dibakar, nyala besar dan kemudian dengan cepat mati. Semangat pemuda itu harus menggelora dan terus dijaga konsistensinya. Pemuda juga perlu banyak belajar dari Kopdit. Kenapa orang-orang desa yang hidup dalam serba kurang sampai mereka bisa menyusun asset milyaran jumlahnya ??. Motivasi apa yang membuat mereka bisa seperti itu ?. Dia menambahkan bahwa mahasiswa yang bergabung di Koperasi Mahasiswa juga bisa berperan di Koperasi Kredit dengan berbagai alternatif seperti ; menimba ilmunya, magang di Kopdit, atau yang paling efektif adalah menjadi anggotanya dan menjadi motor penggeraknya tanpa harus menghilangkan aktifitasnya sebagai aktivis koperasi mahasiswa.
Sementara itu dari hasil diskusi yang berjalan secara interaktif di simpulkan bahwa ada beberapa kemungkinan yang dapat dikerjasamakan antara Kopdit, Kopma, dan juga LePPeK. Seperti magang kerja di Kopdit oleh anggota Kopma, pendidikan dan pelatihan koperasi kredit bagi mahasiswa, serta kemungkinan dikembangkanya koperasi kredit di Kampus. Sementara itu sebagai tindaklanjut riel yang dilakukan oleh LePPeK adalah merencanakan diadakanya seminar tentang kemungkinan pengembangan koperasi kredit di Kampus, dan yang akan segera dilakukan adalah melakukan riset tentang pemuda dan aktivitas sosial ekonomi mereka : studi kasus pada koperasi kredit Jogjakarta”. Dalam riset yang akan di lakukan oleh Tim Riset dari LePPeK ini adalah untuk mendapatkan dua jawaban tentang : apa saja peran-peran yang dilakukan pemuda di Kopdit Jogja ? dan sejauhmana peran tersebut dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan pengangguran pemuda? []
Purwokerto, 26 Februari 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar