Suroto.net
  • Home
  • About
  • Activities
  • Notes
    • Cerpen Puisi
    • Opini Media
    • Regulasi
    • Wacana
  • News
  • Reviews
    • Books
    • Movies
  • Download

Senin, 30 Mei 2011

Koperasi Kredit (Kopdit) versus Bank Century

| No comment
Oleh : Suroto

Belum lama ini kita semua dikagetkan oleh kasus yang menimpa Bank Century dengan adanya kasus penggelapan (perampokan) uang nasabah oleh pemilik dari Bank tersebut. Kasus ini terasa tidak adil lagi karena ternyata sebagian besar deposannya yang menyimpan uang mereka dibawah 2 milyard ternyata juga tidak segera dapat penggantian dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagaimana mestinya. Malahan mereka memberikan prioritas bagi para deposan besar. Lebih menyakitkan lagi bagi masyarakat luas adalah ternyata Pemerintah dengan uang pajak yang dibayar oleh masyarakat malahan secara terburu-buru memberikan dana talangan (bail-out) yang jumlahnya cukup fantastis, 6,7 trilyun. Kasus ini tentu membuka pada kita semua,bahwa lembaga keuangan yang dimiliki oleh investor pribadi (privat-investor) dan berorientasi pada profit tentu sangat membahayakan bagi masyarakat. Bukan saja berpotensi untuk penggelapan, tapi juga memarakkan adanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Bank milik pribadi di negeri ini, memang begitu mudah untuk mendapatkan izin operasi dan juga perlindungan regulasi. Bagi para pemilik modal besar dapat dengan mudah untuk mendirikan bank karena mereka hanya diwajiban setor modal persero sebesar 4 milyard rupiah. Motif mereka adalah untuk mengejar keuntungan dan juga bonus yang besar bagi manajemen. Para deposanya mendapatkan jaminan dari LPS dan setiap bank model ini deberikan pintu bagi kebutuhan liquiditas ke bank central. Lebih parah lagi mereka juga mendapatkan dana talangan (bail-out) dengan sangat mudahnya dari pemerintah. Bank bankrut atau “dibankrutkan” bagi para pemiliknya bukan masalah besar karena bagaimanapun mereka tidak dirugikkan.

Sebetulnya kita memiliki model alternatif dar sistem bank umum ini. Model ini lebih dapat memberikan rasa keadilan bagi nasabahnya dan juga memberikan dampak sosial ekonomi yang luas bagi kehidupan masyarakat. Model bank ini di dunia kita bisa mengenalnya dengan istilah Credit Union (CU) dan di Indonesia kita mengenalnya dengan istilah Koperasi Kredit (Kopdit). Statisik dari model perbankkan ini hingga tahun 2008 lalu sudah menunjukkan jumlah anggota (pemilik dan nasabah) sebanyak 1 juta orang, meliputi asset 5,9 trilyun rupiah dengan jumlah primer hamper 1000 koperasi yang ada diseluruh pelosok tanah air. Model Koperasi ini tidak saja telah efektif untuk mengangkat kegiatan ekonomi usaha kecil tapi juga telah melayani dalam jangka waktu yang panjang kepada para petani-petani anggotanya yang lebih dari 50 persen. Lihat www.cucoindo.org

Koperasi Kredit ini dalam perannya juga luas betapapun pemerintah kita mengkerdilkanya dengan menutup pintu liquiditas ke Bank Indonesia dan memposisikan mereka sebagai “kecil”. Selain meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengatur keuangan rumah tangga mereka melalui program pendidikan yang wajib bagi anggota (pemilik)nya, juga berperan untuk meningkatkan keadilan ekonomi dan sosial dalam memperluas kepemilikkan. Sementara dalam hal redistribusi pendapatan, koperasi model ini digerakkan dalam sistem perlindungan dana kembali (economic patrone refund) dengan pembagian deviden secara adil berdasarkan perhitungan balas jasa simpanan dan pinjaman dan dikelola dalam menejemen at cost yang efisien.

Selama ini di negara kita sebetulnya telah dikenal tiga model dari kepemilikan perbankkan, pertama adalah model kepemilikkan investor (Investor-ownership), kemudian model kepemilikkan pemerintah dalam model Bank milik negara ( Bank BUMN) dan yang ketiga adalah model kepemilikkan masyarakat luas melalui model koperasi. Belajar dari berbagai kejadian yang muncul dari sistem perbankan kita selama ini ada baiknya kalau kita coba pertimbangkan kembali model kepemilikkan dari bank-bank yang ada. Lagian, krisis yang terjadi adalah merupakan satu bukti bahwa sistem perusahaan kapitalis itu sudah tidak akan efektif lagi dalam menangani persoalan masyarakat yang menginginkan adanya sistem bisnis yang fair, transparan, saling menguntungkan, dan memungkinkan sistem pembagian yang adil. Mari kita coba cari jawaban2 baru dari persoalan lama agar kita tidak lagi jatuh pada lubang yang sama.

Purwokerto, 18 September 2009
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Wacana
Tags : Wacana
Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)
Error 404 - Not Found
Sorry, but you are looking for something that isn't here.

Fan Page

Snapshoot

Suroto nama saya. Dari nama saja orang pasti bisa tebak saya orang Jawa. Klaten, tepatnya. Nama saya hanya tersusun satu kata. Saban kali cek imigrasi, selalu saja bermasalah. Saya lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman atawa Unsoed. Itu terletak di Kota Purwokerto. Kota pertama koperasi lahir di Indonesia. Boleh jadi tuah kota inilah yang membuat saya sampai sekarang concern di gerakan koperasi.

Ruang aktivitas saya di Jakarta, Indonesia. Teman-teman mempercayakan saya untuk memimpin beberapa organisasi. Ada Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES) Indonesia. Lalu Induk Koperasi Konsumsi Indonesia (IKKI) dan terakhir saya dipilih sebagai Ketua Koperasi Trisakti Bhakti Pertiwi. Sebelum di Jakarta dulu saya mengembangkan koperasi di Purwokerto, Kopkun, namanya.

Orang bilang kalau ngomong saya ndakik-ndakik. Padahal saya juga menyenangi novel dan beberapa kali menulis cerpen dan puisi. Tentu yang paling kentara dari hobi saya, ya, diskusi. Seminggu tidak diskusi bisa pusing rasanya. Hehe..

Lagi-lagi orang bilang saya utopis. Saya mencita-citakan demokrasi tak hanya di ruang politik, tapi ekonomi juga. Tentu yang saya maksud adalah Demokrasi Ekonomi. Agar orang banyak bisa memiliki penghidupan dan kekayaan dengan cara yang bermartabat. Eksploitasi satu terhadap manusia yang lain adalah kejahatan. Itulah keyakinan yang saya perjuangkan lewat koperasi.

Follow me!

Tweets by @surotobravo

Popular Posts

  • LSP2I in Media
  • GROUP TUKANG BECAK “PERJAKA” Semangat Kecil Bebas Dari Rentenir
  • Strategi Baru Pengembangan Koperasi Konsumen Di Indonesia
  • Ekonomi Berbagi dan Kamuflase Ekonomi Kapitalis
  • Jebakan Pertumbuhan Ekonomi Konstan

Labels

  • Cerpen Puisi
  • Opini Media
  • Regulasi
  • Video
  • Wacana
Suroto.net

Suroto.net merupakan personal
blog yang menghimpun pemikiran-pemikiran progresif perkoperasian, demokrasi ekonomi dan isu-isu sosial ekonomi strategis lainnya. Suroto.net adalah jejak dari beragam gagasan dan praktik yang dibangun Suroto sebagai Aktivis Gerakan Koperasi di tanah air.

Blog ini dikelola oleh Tim Media Suroto.net. Terimakasih.

SUBSCRIBE

Subscribe Here

Sign up and we will deliver to you!

CONTACT US

Anda bisa berkomunikasi dan korespondensi langsung dengan Suroto.

+62-81548823229

suroto.ideas@gmail.com

http://kosakti.id

Gedung Inkopdit Lantai 1, Jl. Gunung Sahari III No. 11 B, Jakarta Pusat, Indonesia

CONTACT FORM

Nama

Email *

Pesan *

© 2016 Suroto.net | Developed by: LingkarMaya