KORIDOR KOPERASI
Berbicara tentang aspek manajemen koperasi, kiranya perlu kita pahami bahwasanya koperasi itu berbeda dengan perusahaan lain yang berbasiskan pada modal. Sehingga koperasi itu dalam manajemennya memiliki suatu cirri kekhusuan yang tidak ada pada perusahaan lainnya. Hal yang membdeakan demikian disubut sebagai koridor koperasi yang juga sering disebut sebagai jatidiri koperasi. Koperasi yang benar demiina berpijak pada landasan moral dan operaionalnya pada jatidiri koperasi yang bersandar pada nilai-nilai universal dan telah diakui oleh gerakan koperasi dunia dalam kongres Internatioanl Cooperative Alliance (ICA) di Manchester, Inggris tahun 1995.
Sebagai hal yang prinsipel bawasannya koperasi adalah suatu model asosiasi yang berbasiskan pada anggota (member base associaton) dan bukan berbasiskan pada modal (capital base association). Modal dalamkoperasi di akui sebagai pembantu dan bukan sebagai penetu. Koperasi adalah organisasi ata perusaahn yang tiak bebas nilai. Koperasi dalam arah dan tujuannya memiliki tujuan khusus guna menggakkan nilai-nilai yang bersifat universal. Dimana ada nilai-nilai keadilan, solidaritas, kebersamaan da juga nilai tanggung jawab baik terhadap diri maupun lingkungannya yang disebut sebagai ajaran koperasi. Secara ideologis koperasi bercita-cita untuk melepaskan diri dari pasung-pasungan mashab tradisonal dan ingin mewujudkan cita-cita masyarakat yang penuh kebersamaan dan solidaritas menuju masyarakat dunia yang berperikemanusiaan.
Kebanyakan dari pada parameter yang bersifat operasional cenderung menggunakan logika manajemen berbasis modal. Dalam hal ini di ukur dalam kepentingan optimasi profit yang dikehendaki oleh para penanam modal. Kecenderungan demikian mengakibatkan koperasi terlepas dari koridornya dan tak ubahnya sebagai perusahaan yang berbasis modal
PERSPEKTIF MANAJEMEN KOPERASI
Sementara itu berbicara tentang manajemen, dalam sebuah organisasi sekecil apapun menajemen tentu sangat dibutuhkan. Baik itu dari organisasi yang terkecil sebuah keluarga hingga sebuah Negara. Manajemen dibutuhkan dalam rangka untuk mencapai tjuan-tujuannya. Secara sederhana manajemen di defiisikan sebagai sebuah proses optimalisasi sumber-sumber daya dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi
Dalam kegiatan manajemen ada pross in-put sumber daya yang berupa manusia, mesin, unag dan material yang dikonversi menjadi sebuah out-put. Kegiatan manajemen secara umum itu mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,pengendalian an juga evaluasi.tingkat kerumitan manajemen dalam sebuah organisasi maupun persahaan tentu sangat tergantung dari kompleksitas permasalah yang dihadapi dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Demikian pula dalam kopersi, manajemen sangat di butuhkan dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan yang teleh ditetapkannya.
Koperasi dalam fungsinya sebagai kumpulan orang di artikan sebagai sebuah organisasi.kemudian dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berkumpul tersebut mendirikan sebuah perusahaan di miliki bersama dan di awasi secara demokratis demikian disebut sebagai kegiatan bisnis. Sehingga dalam hal ini disebut sebagai fungsi ganda dalam koperasi. Di mana bertindak sebagai organisasi dan berperan sebagai perusahaan dalam kegiatan bisnisnya.
Dalam logika koperasi sebagai kumpulan orang di artikan bahwa anggotalah sebgai pemilik koperasi dan bukan koperasi yang memiliki anggota. Sehingga parameternya adalah seberapa besar nilai tambah (value-added) baik yang bersifat ekonomis dan non ekonomis yang didapat oleh orang-perorang di dalam koerasi. Dalam hal ini disebut sebagai kemanfaatan total berkoperasi.
Manajemen koperasi sebagai organisasi adalah merupakan perwujudan dari fungsi asosiasi manusia sebagai anggotanya. Dimana di sana ada proses membangun solidaritas, mengembangkan rasa tanggung jawab dan juga menumbuhkan rasa kebersamaan, demikian dalam konkteksnya koperasi seagai sebuah movement, koperasi berkepentingan untuk membangun bargening dari tiap-tiap aspirasi baik secara intern organisasi maupun dalam kepentingan ekstern. Pendalaman atas satuan idealisme dari tiap-tiap anggota untuk menegakkan jatidiri koperasi disini sangat dibutuhkan.
Sehingga utamanya manajemen koperasi sebagai organisasi itu adalah membicarakan tentang upaya-upaya untuk maksud pemenuhan aspirasi bersama, penyatuan ide dan gagasan, membagun solidaritas antar anggotanya serta membangun pemehaman atas ideology koperasi. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan adalah bersifat systematic yang diwujudkan dalam keseluruhan program di koperasi. Utamanaya yaitu program pendidikan dan pelatihan dan penyebaran informasi. Dalam hal ini program yang dijalankan bersifat represif dan tersusun secara sistematis ditujukan bagi anggota, pengurus, karyawan dan juga badan pengawas serta masyarakat umum yang ingin mengetahui tantang koperasi. Masyarakat luar yang dimaksud terutama para pemimpin opini dan orang-orang muda dan memiliki intelektualitas. Program pendidikan dan elatihan perlu dilakukan dalam skala prioritas utaman. Disusun kurikulum yang baik dan dilakukan secara terarah dan berkelanjutan. Instruktur/fasilitator ataupun tentor koperasi dalam hal ini harus memenuhi standard kualifikasi tertentu guna menjamin kesatuan ideologys yaitu ideology koperasi.
Sementaradaam program penerangan (informasi) koperasi dalam hal ini perlu secara konsisten mengadakan penjelasan-penjelasan tentang kondisi organisasi dan perusahaan koperasi serta perkembangan-perkembangannya kepada anggota.dialog-dialog yang rutin yang memungkinkan anggota banyak terlibat dalam rangka pengambilan kebijakan sangat diperlukan. Upaya secara reprisif dan dalam jangkauan yang lebih luas baik secara intern dan ekstern di optimalkan dalam program informasi. Dalam hal ini penggunaan fasilitas chating-room dalam teknologi internet akan sangat efektif dan efisien dalam pengunaan.
Sedangkan dalam konteks bisnis, koperasi di titik beratkan kepada kepentingan stakeholder-nya dalam aspek kemanfaatanyang dapat diperolehnya. Titik berat dari pemahaman ini adalah pada pemahaman konsep koperasi bahwa anggota adalah sebagai pemilik. Sehingga pemahamannya adalah anggota itulah yang bertanggungjawab atas biaya investasi dan anggota berikut sebagai customer mengandung tanggungjawab dalam biaya tetap yang teranggarkan untuk membiayai kopeasi. Anggotalah pengontrol segala kegiatan koperasi agar tidak lepas dari koridor koperasi dan target-target yang telah di tetapkan.sehingga prioritas pelayanan bagi anggota harus dijalankan secara konsisten dan dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dalamhal koperasi melayani bagi masyarakat luar, maka dapat disebut sebagai kegiatan promosi bagi calon anggota potensial dan sekaligus sebagai nilai tambah bagi tiap-tiap bsaran partisipasi anggota. Walaupun perlu ada pembatasan yang tegas dari besaran transaksi anggota, dalam pengukuran yang wajar dan layak tidak boleh lebih dari 60% dari total pelayaan koperasi. Kegiatan koperasi dalam aspek bisnis bergerak secara persuasive dan demikian terus perlu dikembangkan sebagai bentuk kreatifitas dan inovatif secara konsistern. Profesionalisme pelayanan dalam hal ini angat prlu ditekankan pada sepenuhnya bagi kepentingan anggota. Dalam jargon yang kuat misalnya”belanja kebutuhan sehari-hari di perusahaan milik sendiri”
PARAMETER SUKSES KOPERASI
Dalam parameternya, koperasi dapat dikatakan sukses bilamana koperasi tersebut dalam hal ini sukses sebagai sebuah organisasi dan juga sukses dalam bisnisnya. Sebuah kopersi yang sukses sebagai organisasi diindikasikan dengan adanya keterlibatan anggota yang tinggi dalam menentkan arah organisasi atau perusahaan serta mengfungsikannya secara optimal koperasi sebagai institusi untuk menyalurkan aspirasi bersama baik dalam aspirasi social, ekonomi dan budaya. Dalam skala kegiatan yang lebih luas kopersi-kopersi ini mampu menjalin sebuah sinergis efektif antar gerakan koperasi. Yang bertugas untuk mengawasi koperasi agar tetap berjalan sesuai koridornya serta menjadi juru runding dalam setiap aspirasi dan kebijakan-kebijakan yang bersifat makro.
Sementara itu dalam segi bisnis, koperasi dapat di katakana sukses bilamana tingkat kesejahteraan anggotanya semakin meningkat baik secara kuantitatif maupn kualitatif. Manajemen berjalan dalam struktur yang flat dan fleksibel-adaptif serta dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tingkat kesejahteraan dari karyawannya meningkat sesuai dengan kemampuan koperasinya. Demikian pula seara sistematis dapat menjamin kepentingan bagi hubungan-hubungan istimewa dari personil yang ada dalam koperasi tersebut. Hubungan yang dimaksud adalah bagi mereka yang disebut sebagai perintis/pendiri, para pemengang hak paten dari sebuah inovasi, penasehat-penasehat utama dan orang-orang ahli serta pemilik surplus lebih besar.
Memang kondisi yang demikian sulit kita dapati di lapangan, namun hal ini tentu perlu kita sadari bersama bahwa koperasi sebagai wujud tekad hidup bersama tentu tidaklah mudah untuk dapat diwujudkan di tengah serangan gaya hidup individualitas yang begitu gencar dan serangan kapitalisme global yang selalu menawarkan “keuntungan-keuntungan semu”. Dalam hal ini tentu perlu di rumuskan sebuah format yang bersifat integral tersusun dalam formulaformula yang praktis dan mudah di pahami serta secara systemic perlu di design sedemikian rupa dalam sebuah konfigurasi yang mantap.
Permasalah mendasar yang segera kita perlukan dalam hal ini adalah salah satunya menyusun formula-formula yang bersifat praktis manajemen. Sebagaimana kita ketahui bahwa selama ini banyak koperasi yang berjalan dalam logika-logika kapitalis yang memungknkan uantuk koperasi tersebut terjebak secara sadar atau tidak sadar keluar dari jatidirinya. Sebagai missal adalah dalam rangka prhitungan surplus kopersi yang menggunakan logika tingkat laba (profit margin) sebagai formulanya. Padahal yang kita prlukan adalah berapa tingakt kesejahteraan (benefit margin ) dari anggota tersebut kemudian dalam hal lain sebagai sebuah erhitungan besaran tanggung jawab secara kualitatif dari anggota juga sangat diperlukan. Sebagai missal adalah adanya titik tanggung jawab (responsibility point). Yaitu titik yang menunjukkan batas dimana seorang anggota harus menentukan besaran tanggungjawab atas beban tetap yang teranggarkan. Dalam segi keuangan juga dierlukan sebuah parameter yang jelas yang membedakan dengan usaha lin yang bersifat kapitalis. Misalnya penggunaan standard akuntansi dan keuangan koperasi. Demikian sehingga tida ada lagi kopersi secara manajemen lepas dari koridor koperasi. Dalam hal ini perlu di ajarkan secra praktis dan masuk dalam logika-logika yang jeas dan terarah dalam maksud dan tujuannya.
Kemudian dalam seg-segi operasional manajemen koperasi dikembangkan dalam prinsip memenuhi kebutuhan di perusahaan milik sendiri. Dalam hal ini kebutuhan anggotalah yang menjadi prioritas. Kebutuhan yang dimaksud di kembangkan dalam berbagai kegiatan inovatif dan produktif. Jargon koperasi sebagai milik sendiri perlu di dengung-dengungkan. Sehingga banyak pihak yang tidak mejalankan prinsip demikian akan segera mengundang kekritisan dari para anggota yang militant sebagai koreksi-koreksi maupun orang luar dalam maksud sosialisasi.
Utnuk itu dalam koperasi sebagai ajaran praktis dan memprmudah kita dalam mensosialisasikan gagasan kopersi maka ada tiga kebersamaan yang disebut sebagai tiga kebersamaan koperasi (triple-co) kebersamaan tersebut adalah :
1. Kebersamaan dalam partisipasi
2. kebersamaan dalam control dan kepemilikan
3. kebersamaan dalam tanggung jawab
PENUTUP
Bilamana koperasi-koperasi berjalan sedemikian rupa dalam sebuah koridor koperasi, maka koperasi itu dapat disebut valid. Bilaman koperasi itu telah mampu membangun jaringan yang kokoh disebut solid. Demikian sehingga kopersi berpijak pada jatidirinya terus tumbuh dan berkembang dan dapat berjalan secara efektif dalam rangka memotong kepentingan “politik rate”. Dalam meraih cita-cita hidup bersama antar umat manusia yang terjalin dalam ikatan solidaritas tanpa diskriminasi. Membentuk masyarakat dunia yang penuh rasa kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar