Suroto.net
  • Home
  • About
  • Activities
  • Notes
    • Cerpen Puisi
    • Opini Media
    • Regulasi
    • Wacana
  • News
  • Reviews
    • Books
    • Movies
  • Download

Kamis, 17 November 2011

MEMBANGUN VISI, KAPASITAS, SUMBERDAYA DAN JARINGAN FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA INDONESIA (FKKMI)

| No comment


Oleh : Suroto

 Young as we may seem we are not the future.  We are the present!!!
(ICAYOUTH Statement, Oslo, 2003)

KOPMA dan FKKMI

Koperasi Mahasiswa (KOPMA), keberadaanya telah memiliki sejarah yang panjang dalam pergerakan koperasi di Indonesia. Lahir sejak 40 tahun silam dan telah banyak menyumbang bagi masyarakat Indonesia terutama dalam melahirkan kader-kader koperasi di masyarakat, turut mewarnai dinamika kehidupan kampus, menyumbang bagi kesejahteraan warga kampus dan terutama mahasiswa, mengembangkan profesionalisme dan kewirausahaan, demokrasi dan setidak-tidaknya telah berkontribusi bagi pengembangan soft skill mahasiswa dalam pengelolaan organisasi dan administrasi. Tidak sedikit dari “lulusan” Kopma ini yang kemudian telah berhasil mengembangkan berbagai bisnis mandiri, dan mengarungi karir di berbagai sektor dan institusi. Dalam kata lain, pada dasarnya KOPMA telah turut menunjang bagi perkembangan peradaban masyarakat yang lebih demokratis, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengurangi kemiskinan.

Saat ini, kurang lebih ada sekitar 140 an KOPMA baik yang telah berbadan hukum maupun masih berstatus sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) saja. Memang belum ada statistik yang pasti, namun dalam pengamatan lapangan ada sekitar 50-an dan tersebar diseluruh pelosok tanah air yang menunjukkan keaktifanya. Adapun jumlah anggotanya masing-masing sangat bervariatif dan tergantung dari jumlah mahasiswa yang ada di suatu perguruan tinggi tersebut. Kalau diambil rata-rata setiap primer meliputi keanggotaan 1000 orang berarti ada 140.000 anggota yang tersebar diberbagai jenis perguruan tinggi di Indonesia.

Sebagai bagian penting dari gerakan koperasi dunia, KOPMA, walaupun banyak diantaranya yang belum menerapkan prinsip-prinsip koperasi secara penuh, tapi KOPMA-KOPMA di Indonesia telah burupaya secara bertahap menuju pada langkah-langkah perbaikkan kesana. Sebagian diantaranya telah mulai menunjukkan perbaikan-perbaikan tersebut dalam bentuk penegasan prinsip-prinsip dasar maupun perbaikan kualitas pelayanan yang bersifat teknis manajerial.

Dalam umurnya yang telah panjang, KOPMA memang banyak diliputi persoalan-persoalan. Baik itu persoalan yang berasal dari intern organisasinya maupun yang berasal dari luar. Secara intern misalnya, banyak diantara KOPMA yang belum menerapkan prinsip-prinsip dasar koperasi yang penting dan atau teknis manajemen keorganisasian seperti masalah penyelenggaraan profesionalsime pelayanan kepada anggota. Banyak diantara KOPMA yang ada belum banyak menjalankan Prinsip-prinsip koperasi secara penuh. Diantaranya adalah prinsip keanggotaan sukarela dan terbuka, otonomi dan kemandirian, pendidikan dan pelatihan, dan lain sebagainya. Secara teknikal menejemen yang telihat menonjol adalah lemahnya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang penting bagi proses kaderisasi, dan pengelolaan layanan kebutuhan anggota yang belum profesional dan mampu menyesuaikan pada keingginan anggota yang diera saat ini selera begitu mudahnya berubah. Sementara secara eksternal diantaranya adalah pengaruh kebijakan kampus yang seringkali mengganggu persoalan manajemen KOPMA dan juga lingkungan serta image yang masih buruk terhadap koperasi.

Koperasi Mahasiswa (Kopma) memang fenomena tersendiri di ranah perkoperasian dunia, karena model koperasi seperti ini memang tidak banyak di jumpai di negara-negara lain yang memang telah maju dalam perkembangan perkoperasiannya. Kalaupun ada koperasi yang tumbuh dan berkembang di lingkungan universitas seperti di Jepang misalnya, keanggotaan mereka tidak terbatas hanya bagi mahasiswa saja tapi meliputi dosen, karyawan, dan bahkan alumni-alumni perguruan tingginya. Kegiatan usaha dikelola oleh profesional yang 100 % purna waktu. Mahasiswa duduk di Dewan Pengurus dan menyumbang bagi kegiatan-kegiatan intelektuil dan kemasyarakatan secara luas seperti kampanye damai, penyambutan mahasiswa baru, peduli lingkungan dan lain sebagainya.

Contoh lain adalah Amerika, mahasiswa aktif bergabung dan mendirikan koperasi kos-kosan yang berdiri secara independen diluar urusan universitas dengan filosofi dasar 3 C (Cost, Community, Control). Cost (Biaya) berarti menghemat biaya hidup dengan menyusun menu makan bersama serta belanja kebutuhan sehari-hari di toko milik bersama. Community (komunitas) berarti mengerjakan kegiatan sosial kemasyarakatan bersama dari model rujak partai, seminar, workshop, kampanye dan lain sebagainya. Sementara Control (kontrol) berarti melakukan aktifitas pengawasan bersama dari hal-hal remeh temeh urusan organisasi hingga urusan publik seperti pengerahan demonstrasi atas penyimpangan kebijakan publik (Public Policies).

Secara historis perkembangan Kopma di negara kita yang demikian memang tidak terlepas dari upaya “Rekayasa Politik” Orde Baru untuk memberangus suara mahasiswa yang terkenal dengan istilah Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK) pada tahun 1978, yang mana mahasiswa diawasi segala aktifitas sosial politik kemasyarakatanya dan diupayakan ditarik kedalam kampus dan di buatkan ruang-ruang aktualisasi diri dalam model senat mahasiswa (SEMA)dan juga unit kegiatan mahasiswa (UKM) seperti pramuka, Menwa dan Kopma. Hingga akhirnya, Kopma yang dalam proses pendirianya diawali secara top-down ini tak ubahnya sebagai sebuah menara gading yang tercerabut dari akar sosialnya. Menyibukan diri dalam kegiatan aktualisasi diri, belajar kewirausahaan dan manajemen bisnis untuk dijadikan bekal kemudian mengabdi di sektor kapitalis (Suroto dalam Ian MacPherson : 2005). Kelompok elit orang muda beruntung diantara jauh lebih banyak pemuda yang mengalami nasib buntung ini lupa akan hakekat koperasi sebagai gerakan perubahan sosial (social change movement) dan kegiatan perkoperasian yang dijalankannya. Bergerak bukan sebagai basis perjuangan bagi penegakan keadilan, dan demokrasi namun lebih banyak di pahami sebagai ruang aktualisasi diri semata-mata.

Gejala demikian terlihat dari aktifitas Kopma pada umumnya yang kurang bergairah karena lemahnya spirit atau roh perkoperasianya. Tidak banyak yang sadar dan menganggap koperasi sebagai bagian yang penting dalam kehidupan yang lestari. Bukti nyata yang tak dapat di pungkiri terlihat dari kecilnya transaksi anggota koperasi di koperasinya, hingga menyebabkan banyak Kopma mengalami defisit secara sumberdaya. Menurut catatan penelitian yang dilakukan oleh Darsono (2005), di Kopma-Kopma HKMY (Himpunan Koperasi Mahasiswa Yogyakarta) misalnya, jumlah transaksi anggota di koperasinya tidak lebih dari 10 persen (walaupun ada pengecualian pada salah satu Kopma).

Dampak lain yang muncul adalah terlihat dari minimnya kader-kader koperasi militan yang lahir dari rahim Kopma. Tidak banyak diantara kader-kader koperasi yang terlahir dari rahim Kopma ini. Sebagian yang lain tak lebih memanfaatkanya sebagai batu loncatan karier politiknya. Kader-kader Kopma terlihat terserak disana-sini namun sedikit dari mereka yang berani mengambil posisi strategis mengembangkan koperasi-koperasi di masyarakat luas, menjadi motor-motor penggerak koperasi sejati.

Sementara itu, sebagai organisasi payung KOPMA, FKKMI telah berdiri hampir 23 tahun silam, yaitu tahun 1988. Adalah organisasi yang pada awalnya disusun untuk menangani masalah-masalah aspek kemanfaatan yang tidak pernah didapat dengan afiliasi-afiliasi organisasi lainya, seperti KOPINDO, HIPMI, KADIN dan lain sebagainya. Walaupun belum terlihat adanya visi komprehensif pada awal berdirinya, namun demikian FKKMI juga telah menjadi pendorong berdirinya organisasi-organisasi di tingkat regional seperti ASBIKOM di Bandung, AKOMAS di Semarang, AKUKOPMA di wilayah Jabotabek, HKMY di wilayah Jogja dan lain sebagainya.  FKKMI memberikan ruang yang lebih nyata dengan pendekatan aspek manfaat dan juga jalinan komunikasi yang dilakukan secara lebih intensif antar pelaku Kopma seluruh Indonesia. 


Beberapa Pokok Permasalahan KOPMA

Melihat kenyataan dari beberapa Kopma maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan strategis sebagai berikut :
•                  Di kebanyakan Kopma Sistem keanggotaanya masih otomotis (top down). Kampanye atau propaganda Kopma yang lemah terhadap lingkungannya (mahasiswa).
•                  Kurang sesnsitif terhadap kebutuhan-kebutuhan nyata anggotanya.
•                  Program pendidikan yang lemah untuk anggota, pengurus maupun calon anggota.
•                  Manajemen organisasinya lemah dan sumberdaya yang ada tidak terorgansir dengan baik
•                  Tingkat ketergantungan terhadap “landlord” (induk semang Perguruan Tinggi) nya masih tinggi dan sikap mental kemandirianya belum menjadi bagian dari bangunan organisasi.
•                  Manfaat yang di dapatkan anggotanya masih sangat minim dan inovasinya lemah
•                  “Elit” nya kurang sensitif terhadap anggota dan komunikasi yang minim

Eksposisi FKKMI Dalam Mengembangkan Indikator Kinerja
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penting sekali peranan FKKMI dalam rangka untuk pengembangan Visi, kapasitas, sumberdaya serta jaringan organisasi. Beberapa platform program yang dapat diadopsi adalah sebagai berikut :
1.      Mewarisi dan berupaya secara konsisten dan berkesinambungan untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip yang penting koperasi sebagai penegasan visi KOPMA untuk menyambut perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan dalam bentuk : penerapan keanggotaan yang sukarela dan terbuka, penegasan otonomi, persiapan-persiapan menuju kemandirian, perbaikan kualitas pendidikan dan pelatihan, komunikasi dan informasi kedalam dan keluar, melakukan upaya-upaya peningkatan partisipasi anggota dan penegasan mekanisme dan sistemnya, peningkatan kepedulian terhadap lingkungan dan komunitas dimana KOPMA, pemberdayaan anggota dalam berbagai aktifitas, perkuatan kaderisasi dan sebagainya-dan sebagainya ;
2.      Melakukan perbaikan kapasitas organisasi baik dalam hal penyelenggaraan tata kelola manajemen dalam percepatan laporan-laporan keuangan, pendokumentasian yang tertib, percepatan pelayanan, perbaikan performa dan penampilan luar, respon-respon kebutuhan pada anggota ; sosialisasi-sosialisasi yang masif pada komunitas tentang arti penting KOPMA, perbaikan kualitas penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan dasar secara reguler dan sebagainya-dan sebagainya ;
3.      Menetapkan target-target minimal dalam pencapaian kinerja organisasi dengan penetapan standard target performa KOPMA sebagai berikut : Pertumbuhan jumlah anggota sebesar 15 %, pertubuhan Omset sebesar 15 % dengan target peningkatan partisipasi anggota 25 %, pertumbuhan asset minimal 15 % pertahunya. Peserta pendidikan dasar naiknya berapa persen 50 %. Peserta sosialisasi 25 %.
4.      Mengupayakan terjalinya jejaring manfaat kerjasama-kerjasama antar KOPMA dan koperasi-koperasi lainya dalam bentuk : penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pembelian-pembelian bersama, silang simpan dan silang pinjam dan investasi-investasi bersama, mendorong bagi lahirnya wirausaha-wirausaha mandiri dari anggota KOPMA dan sebagainya dan sebagainya ;
Adapun bentuk-bentuk program perbaikan visi, kapasitas, sumberdaya serta jaringan KOPMA yang realistis meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Perbaikan program Sosialisasi dan Pendidikan dan Pelatihan Dasar Koperasi dengan rekomendasi :
- Penyelengaraan publikasi-publikasi, penyambutan mahasiswa baru, seminar, workshop, pameran dan lain-lain untuk memotivasi anggota baru 
-Diskusi-diskusi dengan komunitas didalam dan diluar kampus,untuk upaya memperbaiki citra dan dukungan bagi perkembangan KOPMA
- Perbaikan dan atau penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Dasar reguler dalam hal : penggadaan modul yang terstandard, pelatihan untuk fasilitator diklat, perbaikan infrastruktur dll
2. Perbaikan Menejemen bisnis dalam hal perbaikan performa unit-unit layanan usaha KOPMA dan terutama optimasilasi manajemen toko dengan rekomendasi :
- Penyelengaraan Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Toko untuk Pengurus dan Manajemen
-  Monitoring dan konsultasi manajemen profesional toko

3. Pengembangan Wirausaha Kolektif dari anggota Kopma dengan rekomendasi :
-  Penyelenggaraan workshop Kewirasuahaan Kolektif untuk calon2 anggota yang ingin berwirausaha
- Monitoring dan konsultasi untuk memulai usaha baru

Beberapa Pertanyaan Kunci

1. Apa sesungguhnya menurut anda Koperasi itu ? Bagaimana seharusnya Koperasi itu di kembangkan ?

2. Menurut anda, bagaimana urgensi FKKMI itu? Sejauhmana peran dan kiprah FKKMI selama ini?. Apakah FKKMI telah berhasil menjadi pendorong bagi terciptanya organisasi Kopma yang kuat di Indonesia ?
3. Bagaimana FKKMI sebagai organisasi sekunder KOPMA telah berkontribusi dalam memberikan spirit bagi pengembangan koperasi yang baik ?.? Seberapa efektifkah strategi dan program yang diterapkan FKKMI sebagai organisasi pendorong sinergi Kopma di Indonesia ?
4. Apakah keunggulan-keunggulan, kelemahan2, peluang dan tantangan yang dimiliki FKKMI? Program2 dan strategi apa yang paling realistis yang mungkin dilakukan FKKMI? Skala prioritas mana yang paling penting dari prioritas2 yang lain ?

Bandung, 16 April 2009
Suroto/Ketua Umum Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I)
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tags :
Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)
Error 404 - Not Found
Sorry, but you are looking for something that isn't here.

Fan Page

Snapshoot

Suroto nama saya. Dari nama saja orang pasti bisa tebak saya orang Jawa. Klaten, tepatnya. Nama saya hanya tersusun satu kata. Saban kali cek imigrasi, selalu saja bermasalah. Saya lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman atawa Unsoed. Itu terletak di Kota Purwokerto. Kota pertama koperasi lahir di Indonesia. Boleh jadi tuah kota inilah yang membuat saya sampai sekarang concern di gerakan koperasi.

Ruang aktivitas saya di Jakarta, Indonesia. Teman-teman mempercayakan saya untuk memimpin beberapa organisasi. Ada Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES) Indonesia. Lalu Induk Koperasi Konsumsi Indonesia (IKKI) dan terakhir saya dipilih sebagai Ketua Koperasi Trisakti Bhakti Pertiwi. Sebelum di Jakarta dulu saya mengembangkan koperasi di Purwokerto, Kopkun, namanya.

Orang bilang kalau ngomong saya ndakik-ndakik. Padahal saya juga menyenangi novel dan beberapa kali menulis cerpen dan puisi. Tentu yang paling kentara dari hobi saya, ya, diskusi. Seminggu tidak diskusi bisa pusing rasanya. Hehe..

Lagi-lagi orang bilang saya utopis. Saya mencita-citakan demokrasi tak hanya di ruang politik, tapi ekonomi juga. Tentu yang saya maksud adalah Demokrasi Ekonomi. Agar orang banyak bisa memiliki penghidupan dan kekayaan dengan cara yang bermartabat. Eksploitasi satu terhadap manusia yang lain adalah kejahatan. Itulah keyakinan yang saya perjuangkan lewat koperasi.

Follow me!

Tweets by @surotobravo

Popular Posts

  • LSP2I in Media
  • GROUP TUKANG BECAK “PERJAKA” Semangat Kecil Bebas Dari Rentenir
  • Strategi Baru Pengembangan Koperasi Konsumen Di Indonesia
  • Ekonomi Berbagi dan Kamuflase Ekonomi Kapitalis
  • Jebakan Pertumbuhan Ekonomi Konstan

Labels

  • Cerpen Puisi
  • Opini Media
  • Regulasi
  • Video
  • Wacana
Suroto.net

Suroto.net merupakan personal
blog yang menghimpun pemikiran-pemikiran progresif perkoperasian, demokrasi ekonomi dan isu-isu sosial ekonomi strategis lainnya. Suroto.net adalah jejak dari beragam gagasan dan praktik yang dibangun Suroto sebagai Aktivis Gerakan Koperasi di tanah air.

Blog ini dikelola oleh Tim Media Suroto.net. Terimakasih.

SUBSCRIBE

Subscribe Here

Sign up and we will deliver to you!

CONTACT US

Anda bisa berkomunikasi dan korespondensi langsung dengan Suroto.

+62-81548823229

suroto.ideas@gmail.com

http://kosakti.id

Gedung Inkopdit Lantai 1, Jl. Gunung Sahari III No. 11 B, Jakarta Pusat, Indonesia

CONTACT FORM

Nama

Email *

Pesan *

© 2016 Suroto.net | Developed by: LingkarMaya