Suroto.net
  • Home
  • About
  • Activities
  • Notes
    • Cerpen Puisi
    • Opini Media
    • Regulasi
    • Wacana
  • News
  • Reviews
    • Books
    • Movies
  • Download

Sabtu, 08 Maret 2014

Orasi Budaya : Reformasi Sosial Dari Belakang Toko

| No comment




Oleh : Suroto
(Ketua Umum Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis/AKSES, Pendiri KOPKUN/www.kopkun.com)

Yang terhormat Pengurus dan Pengawas serta Manajemen Kopkun, Yang terhormat penasehat dan Pembina Kopkun,Yang terhormat tamu undangan,dan  media massa, Yang saya cintai dan saya banggakan seluruh anggota Kopkun


Assalamualaikum W.Wb, Salam sejahtera untuk kita semua,

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang berharga untuk menyampaikan sebuah orasi budaya di depan majelis tertinggi, Rapat Anggota Tahunan  (RAT) Kopkun yang terhormat ini. Saya seperti tersanjung, ini adalah merupakan kali pertama saya mendapatkan undangan yang sedikit nyleneh, orasi budaya!  Saya biasa diundang dalam acara RAT Koperasi dan RAT itu memang ada yang didahului dengan berbagai kegiatan, biasanya seminar dan atau sejenisnya.

Entah apa yang melatarbelakangi pertimbangan Kopkun (cq. Saudara Firdaus Putra, manajer Organisasi Kopkun)untuk memberikan kesempatan istimewa seperti ini pada saya, tapi ini adalah kreasi yang patut diapresiasi. Saya banyangkan, kalau seluruh koperasi Indonesia menyelenggarakan kegiatan semacam ini, bila ada 200.000 koperasi di seluruh Indonesia, yang berarti akan ada 200.000 budayawan baru yang lahir setiap tahun dari kopeasi. Saya tidak tahu, apakah ini upaya Kopkun untuk melahirkan budayawan ‘dadagan” seperti saya ini.

Sidang majelis yang saya cintai, judul dari orasi saya kali ini adalah “Reformasi Sosial dari Belakang Toko”. Ini mungkin terdengar agak aneh, seringkali kita mendengar, namanya reformasi sosial itu biasanya dimulai dengan narasi ideologi-ideologi besar lawan tanding dari kapitalisme, mungkin semacam sosialisme, komunisme, demokrasi, anarkisme dan lain sebagainya.

Sesungguhnya  orasi saya kali ini juga saya tujukan dengan maksud yang sama dengan ideologi-ideologi besar tersebut, tapi sengaja saya ingin menyederhanakannya dengan bahasa keseharian, bahasa koperasi, tempat dimana kita sehari-hari sambangi, berupa toko sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari.  Tempat kita sekedar berbelanja dan atau menjalin silaturahmi.

Saudara-saudara, Bung Hatta, salah satu founding father kita dalam sebuah pidato radionya tahun 1951 pernah menyampaikan, “koperasi itu adalah lawan tanding kapitalisme secara fundamental”.   Ini sebetulnya frasa yang terdengar agak aneh juga di telinga kita tapi berangkat dari frasa ini maka saya ingin coba urai sedikit, benarkah koperasi itu bisa menjadi lawan tanding kapitalisme? Bahkan secara fundamental!.

Saudara-saudara, anda, saya, laki-laki atau perempuan, seorang negro atau kulit putih, Islam atau Kristen, Golkar atau PDI-P, orang dewasa atau anak-anak, Jawa atau Sunda, seorang rektor atau tukang becak, dan siapapun yang hidup di muka bumi ini semuanya adalah “mahkluk berkebutuhan”. Kita membutuhkan sandang, pangan, papan, alat komunikasi, alat transportasi, alat-alat rumah tangga, layanan rumah sakit, sekolah,asuransi, rekreasi atau hiburan, pertemanan dan lain sebagainya. Ada yang bersifat material dan immaterial. 

Di jaman modern sekarang ini, seluruh kebutuhan itu dapat kita penuhi dengan uang sebagiannya dan sebagian lagi kita ciptakan dengan hubungan sosial keseharian. Karena uang sudah menjadi medium utama, maka uang itu dicari.  Orang-orang dewasa hari ini, sebagian besar waktunya adalah digunakan untuk memikirkan dan mengupayakan uang. Mungkin 8 jam adalah waktu yang paling sibuk dalam bekerja, tapi di waktu senggang pikiran orang-orang dewasa itu juga seringkali diliputi oleh upaya-upaya untuk mencari uang. 

Saudara-saudara, koperasi sebagai sebuah organisasi modern itu awalnya juga hanya berupa usaha sederhana dari 28 orang buruh-buruh bergaji kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tersebut. Dua puluh delapan buruh tersebut mendirikan toko sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari di Gang Toadlane, Rochdale, Inggris dan menyebut dirinya sebagai Rochdale Society of Equitable Pioneers.

Toko tersebut dibuka untuk pertama kalinya pada tanggal 21 desember 1844.  Satu setengah abad silam lebih. Mereka dirikan toko itu dengan cara mengumpulkan uang sebesar 1 pounsterling per orang dengan waktu yang sangat lama, satu tahun!. Uang itu mereka kumpulkan dari gaji kecil mereka untuk modal belanja kebutuhan sehari-hari dan kemudian mereka jual kembali kepada mereka sendiri dengan harga yang sesuai di pasaran. Toko tersebut mereka kelola sendiri dengan mengangkat pengurus yang diawasi dan dikendalikan oleh anggota-anggotanya sebagai pemilik. 

Mereka kembangkan toko tersebut dengan prinsip, buy more get more, belanja lebih banyak dapat lebih banyak. Artinya setiap anggota yang belanja itu seluruh transaksinya dicatat oleh pengurusnya, dan pada akhir tahun, selisih harga yang didapat dari penjualan dan setelah dikurangi dengan biaya-biaya itu dikembalikan kepada mereka, anggota-anggotanya sesuai dengan besarnya partisipasi transaksinya secara adil. Siapa belanja lebih banyak mereka akan mendapatkanya lebih banyak!

Semua anggota sadar betul, bahwa koperasi harus bekerja secara efisien agar nilai tambah yang didapat itu lebih baik dan juga dapat bersaing dipasaran, atau menjadi lawan tanding dari sistem kapitalisme di pasar.  Mereka tidak hanya berhenti berbelanja, mereka juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan penyadaran kepada masyarakat luas untuk merekrut anggota baru. Sebab mereka sadar dengan bertambahnya anggota biaya overhead (pengeluaran tetap) yang dikeluarkan toko dapat ditekan sedemikian rupa melalui efisiensi kolektif (collective efficiency), berbeda seperti efisiensi eksploitatif (exploitated efficiency)di tempat pabrik mereka bekerja yang akibatnya menekan gaji mereka serendah-rendahnya dan pembelian bahan baku dari para petani serendah-rendahnya.  Dengan efisiensi kolektif hasilnya adalah benefit, kesejahteraan bagi semua orang,karyawan yang bekerja, para pemasok, dan anggota sebagai pemilik. Sedangkan dengan efesiensi eksploitatif ala kapitalis maka yang dihasilkan adalah profit, sebagai sumber akumulasi capital guritatif dari para pemilik modal segelintir, tuan besar pabrikan!.

Toko kecil Rochdale tersebut dari tahun ke tahun terus berkembang. Setahun kemudian, 1945 jumlah anggotanya menjadi 74. Pada tahun 1860 kemudian anggotanya menjadi 3.450 orang, dan pada tahun 1863 toko tersebut menjadi toko besar Wholesale Co-operative Societies (WCS). Perkembangan toko tersebut tidak hanya sampai disitu, mereka kembangkan ke wilayah produksi, dirikan pabrik tenun, pabrik susu dan keju, dirikan bank, dan lain sebagainya. 

Dari sistem dan juga ideologi (nilai-nilai dan prinsip) yang dianut para pendiri toko kecil tersebut kemudian berkembang pesat, menjalar keseluruh negeri dan berkembang menjadi inpirasi bagi manusia di bumi. Susul menyusul, koperasi berkembang di segala sektor, dimotori oleh para reformis-reformis sosial seperti Robert Owen,Charles Fourier, Saint de Simone, Louis Blanc, Philippe Buchez, F.W Raiffisien, William King dan masih banyak lagi.  Dengan metode yang berbeda-beda namun dengan pinjakan prinsip yang sama, membangun kemandirian, bebaskan diri dari perikatan ketergantungan terhadap kapitalisme dengan ide dasar pemikiran menolong diri sendiri dengan cara bekerjasama (self-help trough mutual help).  

Hingga saat ini ada 234 anggota organisasi tingkat nasional maupun internasional yang menjadi anggota Internasional Co-operative Alliance(ICA),organisasi persekutuan koperasi tingkat dunia.. Dilaporkan oleh ICA bahwa sekurang-kurangnya telah merepresentasikan 100  negara dengan 1 milyard anggota individu yang sebagian besar diantaranya tinggal di kawasan Asia dan Pasifik. 

Dilaporkan oleh PBB pada peringatan Tahun Koperasi Internasional 2012 lalu, di Colombia, koperasi menguasai 24 % jasa kesehatan, di Sweden menyediakan layanan pribadi sehari-hari hingga 60 %, di USA 13 % jasa layanan listrik dan memiliki separuh saluran distribusi listrik disana. Di sektor keuangan koperasi melayani 326 juta orang nasabah, 80-99 persen produksi susu di Norwegia, Selandia Baru dan Amerika Serikat, 71 persen untuk produksi perikanan di Korea Selatan dan 40 persen sektor pertanian di Brasil.
Ditambahkan oleh ICA, Koperasi di Kenya menyumbang PDB sebesar 45 %, New Zealand 22 %. Di Perancis ; Credit Mutual, Banque Populaire, Credit Agricole menjadi bank kelas dunia, Di Swiss Migros dan Suisse menguasai 91 % pasar ritel, di Singapore, perusahaan ritel koperasi NTUC Fair Price menguasai 68% pangsa pasar. 

Kurang lebih 3 Milyard orang atau hampir separoh dari jumlah penduduk dunia mendapat perluasan layanan usaha-usaha koperasi. Lebih dari 40 % penduduk USA adalah anggota koperasi, 25 % penduduk Iran. Koperasi menyediakan 100 juta pekerjaan yang berarti 20 % lebih besar dari yang diciptakan oleh Korporat Multinational kapitalis. Sebagai bonus untuk merayakan tahun koperasi internasional 2012, Desjardin Credit Union dan Credit Mutual meraih predikat sebagai Bank of The Year tahun 2010 di Canada dan Perancis.

Koperasi terus menjalar, merembet keseluruh penjuru dunia sebagai suara kemanusiaan dan menjadi ideologi yang unik. Mengikuti kehendak manusia sebagai makhluk berkebutuhan, namun juga menjadi makhluk sosial. Bekerja dengan landasan filosofi dan prinsip operasional yang jelas, berpusat pada orang, bukan modal material. Percaya pada pengendalian pada kelompok besar masyarakat. Bekerja dalam sistem pasar dan mengoreksi ketidakadilan pasar yang kapitalistik,,meyakini bahwa semakin kuat dengan sistem federasi yang integrati, mendistribusikan manfaat ekonomi berdasarkan partisipasi dan lain sebagainya. Koperasi menemukan relevansinya sebagai ideologi masyarakat masa depan dengan tingkat kekenyalan yang luar biasa, hidup dalam hegemoni fasisme, ataupun berada dalam belantara liar kapitalisme liberalis. Orang-orang koperasi percaya bahwa dengan nilai-nilai universal seperti keadilan, persamaan, demokrasi, solidaritas, dan tradisi luhur kejujuran,kepedulian dan tanggungjawab sosial dapat ciptakan dunia yang lebih baik. Orang koperasi percaya bahwa dengan penuhi kebutuhan pokok sehari-hari secara bersama melalui toko, bekerja dalam sistem korporasi modern yang dikendalikan bersama dapat ciptakan peradaban masa depan yang lebih layak dimasa kini, dan mendatang.

Toko kecil yang sebelumnya diinpirasi oleh Robert Owen tersebut tentu tidak akan menjadi besar dan dianut oleh hampir 1 milyard penduduk bumi, dan mungkin hanya akan menjadi toko kecil dan kemudian ditelan oleh kejamnya sistem kapitalis kalau tidak ada orang-orang perguruan tinggi seperti Charles Holyake dengan yayasan pemikiran koperasi dan majalah The Co-operator nya dan juga tokoh-tokoh reformis sosial yang telah disebutkan. Koperasi kini menjadi besar juga karena peranan besar intelektuil-intelektuil dari berbagai peruguruan tinggi yang membantu mereka mensistematisir nilai-nilai dan prinsipnya yang kemudian tetap menjadi tradisi penting sampai saat ini.
      
Kembali kepada pernyataan Hatta, disinilah sebetulnya relevansinya itu, bahwa sesungguhnya koperasi itu adalah lawan tanding kapitalisme itu secara fundamental. Dikatakan fundamental karena koperasi itu tidak hanya menampar wajah buruk kapitalisme di jalanan, tapi koperasi melawanya dengan organsiasi mapan seperti yang dimiliki oleh kapitalisme.dan dengan disiplin diri para pembelanya, mereka menusuk jantung kapitalisme secara langsung!

Demikianlah yang saya maksud dengan reformasi sosial dari belakang toko itu. Dengan cita-citanya untuk ciptakan dunia yang lebih baik,yang disokong oleh praktik pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan idenya yang selalu dikembangkan serta didesiminasi oleh kelompok-kelompok epistemik, kelompok pemikiran, maka suatu saat koperasi itu saya yakin akan menjadi ideology besar yang dianut oleh makhluk di bumi ini. Manusia berdimensi lengkap dalam aspek sosial-ekonomi, dan berkebudayaan tinggi!

Pesan penutup saya, izinkanlah saya mengucapkan penghargaan tinggi kepada anda semua yang sehari-hari telah menambah statistic koperasi! Sebab tidak ada pembelaan terbaik kecuali dengan cara-cara tersebut! Sekali lagi terimakasih dan selamat menjalankan kegiatan RAT, forum tertinggi KOPKUN!.

Purwokerto, 27 Maret 2014









         





Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Wacana
Tags : Wacana
Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)
Error 404 - Not Found
Sorry, but you are looking for something that isn't here.

Fan Page

Snapshoot

Suroto nama saya. Dari nama saja orang pasti bisa tebak saya orang Jawa. Klaten, tepatnya. Nama saya hanya tersusun satu kata. Saban kali cek imigrasi, selalu saja bermasalah. Saya lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman atawa Unsoed. Itu terletak di Kota Purwokerto. Kota pertama koperasi lahir di Indonesia. Boleh jadi tuah kota inilah yang membuat saya sampai sekarang concern di gerakan koperasi.

Ruang aktivitas saya di Jakarta, Indonesia. Teman-teman mempercayakan saya untuk memimpin beberapa organisasi. Ada Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES) Indonesia. Lalu Induk Koperasi Konsumsi Indonesia (IKKI) dan terakhir saya dipilih sebagai Ketua Koperasi Trisakti Bhakti Pertiwi. Sebelum di Jakarta dulu saya mengembangkan koperasi di Purwokerto, Kopkun, namanya.

Orang bilang kalau ngomong saya ndakik-ndakik. Padahal saya juga menyenangi novel dan beberapa kali menulis cerpen dan puisi. Tentu yang paling kentara dari hobi saya, ya, diskusi. Seminggu tidak diskusi bisa pusing rasanya. Hehe..

Lagi-lagi orang bilang saya utopis. Saya mencita-citakan demokrasi tak hanya di ruang politik, tapi ekonomi juga. Tentu yang saya maksud adalah Demokrasi Ekonomi. Agar orang banyak bisa memiliki penghidupan dan kekayaan dengan cara yang bermartabat. Eksploitasi satu terhadap manusia yang lain adalah kejahatan. Itulah keyakinan yang saya perjuangkan lewat koperasi.

Follow me!

Tweets by @surotobravo

Popular Posts

  • LSP2I in Media
  • GROUP TUKANG BECAK “PERJAKA” Semangat Kecil Bebas Dari Rentenir
  • Strategi Baru Pengembangan Koperasi Konsumen Di Indonesia
  • Ekonomi Berbagi dan Kamuflase Ekonomi Kapitalis
  • Jebakan Pertumbuhan Ekonomi Konstan

Labels

  • Cerpen Puisi
  • Opini Media
  • Regulasi
  • Video
  • Wacana
Suroto.net

Suroto.net merupakan personal
blog yang menghimpun pemikiran-pemikiran progresif perkoperasian, demokrasi ekonomi dan isu-isu sosial ekonomi strategis lainnya. Suroto.net adalah jejak dari beragam gagasan dan praktik yang dibangun Suroto sebagai Aktivis Gerakan Koperasi di tanah air.

Blog ini dikelola oleh Tim Media Suroto.net. Terimakasih.

SUBSCRIBE

Subscribe Here

Sign up and we will deliver to you!

CONTACT US

Anda bisa berkomunikasi dan korespondensi langsung dengan Suroto.

+62-81548823229

suroto.ideas@gmail.com

http://kosakti.id

Gedung Inkopdit Lantai 1, Jl. Gunung Sahari III No. 11 B, Jakarta Pusat, Indonesia

CONTACT FORM

Nama

Email *

Pesan *

© 2016 Suroto.net | Developed by: LingkarMaya